Tempat Wisata Favorit di Garut

Tafakur di Gunung Guntur

Gunung Guntur Garut Jawa Barat merupakan gunung tertinggi ke tiga setelah Cikuray dan Papandayan. Secara geografis gunung Guntur terletak di Kecamatan Tarogong Kaler dan Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Ketinggian gunung Guntur hanya 2249 mdpl, tetapi tidak bisa dianggap enteng sebab ada yang mengatakan gunung Guntur adalah Semerunya Garut. Betulkah?

Gunung guntur adalah gunung pertama yang pernah saya daki bulan Maret tahun 2012 lalu. Medan jalannya pasir dan batu, gersang dan hampir tidak ada pepohonan yang tumbuh di sana. Barangkali itulah yang menjadi alasan gunung Guntur disebut sebagai Semerunya Kabupaten Garut. Jarang sekali pendaki yang berani muncak di siang bolong, kulit bisa terbakar dan butuh persediaan air yang lebih banyak. Sore dan malam hari menjadi saat yang tepat untuk menjajal tanjakan gunung Guntur, berdiri tegak di atas puncak.

Saya tiba di mesjid agung Tarogong kira pukul 3 sore. Sudah nampak beberapa pendaki yang belum saya kenal memakai carrier yang tingginya melebihi kepala mereka, kelihatan gagah dan berwibawa. Menjelang Magrib rombongan pendaki dari Tasikmalaya tiba. Saling bercengkrama dan tegur sapa, hangat dan bersahabat pelajaran pertama yang saya dapat. Selepas sholat Isya, semua berkemas untuk memulai perjalanan menuju gunung Guntur. Mengingat perjalanan masih jauh dan waktu sudah malam, kami menggunakan jasa transfortasi sampai ke lokasi penambangan pasir di kaki gunung Guntur.

Perjalanan kaki dari lokasi penambangan menuju curug Citiis butuh waktu yang lumayan lama. Di tengah perjalanan rombongan pendaki berhenti, mereka membuka ransel dan mengeluarkan makanannya masing-masing. Yang tidak bawa bekal dipaksa ikut makan, pun saya yang waktu tidak membawa bekal makanan siap saji dipaksa harus makan. Rasa malu pasti ada, waktu itu saya belum tahu karakter pendaki memang suka berbagi dengan sesama. Tak peduli dia siapa atau orang mana, tak peduli kenal atau tidak. Memberi tanpa mengharap balas budi, pelajaran ke dua saya catat di lereng gunung Guntur.

pendakian gunung Guntur
Jalur Pendakian Gunung Guntur
Sampai di curug Citiis hampir jam 12 malam. Setelah istirahat cukup, rasa lelah sudah mulai hilang perjalananpun dilanjutkan. Kami berjalan beriringan seperti pasukan semut yang sedia antri tidak saling mendahului. Yang tahu jalan berada di depan sebagai petunjuk jalan, yang baru ikut di belakang. Teriakan dari depan memecah keheningan malam, hati-hati kanan jurang! Hati-hati kiri tebing! Pesan disampaikan berantai sampai ke barisan paling belakang. Antri, saling menjaga dan mengingatkan saya catat sebagai pelajaran ke tiga dalam pendakian pertama ke gunung Guntur.

Daya tahan tubuh dan kekuatan fisik manusia tidak sama, di tengah perjalanan rombongan terbagi dua. Yang masih sanggup berjalan, melanjutkan pendakian ke puncak Guntur. Sementara yang sudah sangat letih berhenti dan mendirikan tenda. Rombongan dibagi dua karena jumlah pendaki saat itu cukup banyak, target mencapai puncak gunung Guntur malam itu juga harus diselesaikan. Oleh siapapun, meski hanya diwakili satu atau dua orang saja. Di antara mereka saling mengerti dan memahami, tidak memaksakan kehendak sendiri. Tujuan harus tercapai, meskipun bukan kita yang pertama kali meraihnya. Pelajaran ke empat di gunung Guntur.

Saya ikut pada rombongan yang beristirahat, kaki rasanya sudah tidak kuat dipaksakan untuk berjalan. Lima orang sudah mulai menuju puncak gunung Guntur. Semangat dan tenaga saya tumbuh, saya setengah berlari menyusul lima orang yang sudah di depan. Tetapi mereka sudah terlanjut pergi, saya sendiri berada cukup jauh di antara rombongan pertama yang sudah di depan dan rombongan yang memutuskan untuk beristirahat di tengah perjalanan. Mau turun lagi jauh, mau nyusul juga sama jauhnya, tinggal sendiri juga tidak mau. Istirahat sebentar, lalu saya lanjutkan perjalanan seorang diri menyusul mereka yang sudah di depan. Karena tidak mau sendiri di jalan, akhirnya perjuangan saya mengejar mereka berhasil. Raga-ragu dan memaksakan diri telah mengakibatkan saya terjebak dalam keadaan yang tidak menguntungkan, keadaan yang menyiksa diri sendiri. Tidak ragu-ragu dalam bertindak, berpendirian teguh dan menyadari batas kemampuan diri sendiri adalah pelajaran kelima pendakian pertama saya ke gunung Guntur.

pendakian gunung Guntur
Puncak Gunung Guntur
Dalam kondisi terjepit dan serba salah, bimbang mengambil keputusan akhirnya bisa ditepis dengan kekuatan tekad dan keyakinan, harapan dan upaya keras dan tidak mudah menyerah. Perasaan takut dan panik tidak menolong, sebaliknya panik dan rasa takut yang berlebihan akan lebih memperburuk keadaan. Pendakian ke gunung Guntur telah banyak memberikan pelajaran yang bernilai dalam hidup saya.

Sekitar jam setengah empat dini hari, saya dan lima pendaki lainnya berhasil sampai di puncak pertama gunung Guntur. Kami nyalakan kompor untuk menyeduh mie instan dan secangkir kopi untuk diminum bersama. Tidak tahan dengan udara yang dingin dan angin berhembus kencang, saya keluarkan sleeping bag lalu berbaring. Tertidur lelap di puncak gunung Guntur. Tidak lama kemudian, saya sudah dibangunkan. Mereka mengajak saya menyaksikan terbitnya fajar di upuk timur. Sungguh indah luar biasa, keindahan alam tanda kekuasaan Tuhan. Dari puncak gunung Guntur saya bisa melihat Situ Bagendit Banyuresmi dengan jelas.

pendakian gunung Guntur
Pesona pagi dari Puncak Gunung Guntur
Matahari mulai bersinar, tubuh yang menggigil kedinginan mulai terasa hangat, ditambah sajian kopi panas dan roti bakar menjadi tambah nikmat. Beberapa saat kemudian, datang rombongan yang semalam beristirahat di perjalanan. Sambil menunggu semua berkumpul, makananpun disiapkan. Makan pagi bersama dengan menu sederhana disinari mentari pagi dan angin yang bertiup spoi-spoi di puncak gunung Guntur.

pendakian gunung Guntur
Axew Birkatun KPA Jamparing
Sarapan pagi selesai, kami berpencar di sekitar puncak. Ada yang melihat-lihat bekas kawah gunung Guntur, ada pula yang naik ke puncak berikutnya. Saya penasaran untuk naik ke puncak berikutnya, saya melihat banyak titik-titik asap mengepul di puncak gunung Guntur. Terdapat sebuah tugu kecil di puncak sana, tetapi saya lupa dengan tulisannya. Gunung Cikuray terlihat dengan jelas, membentuk seperti segitiga yang mengerucut. Di puncak gunung Guntur saya bertafakur, merenungi hikmah perjalanan semalam suntuk, mensyukui nikmat Tuhan yang tidak terhingga.

Hari sudah siang, udara mulai panas. Kami kembali berkumpul di tempat tadi pagi kita sarapan. Kami turun dari puncak gunung Guntur menggunakan jalur yang bereda dengan jalur yang kami tempuh tadi malam. Jalur yang kami lalui saat turun cukup teduh karena jalur ini merupakan kawasan hutan, namun lumayan licin. Kami kembali sampai di curug Citiis jam 12 siang, kami istirahat cukup lama di tempat ini. Saya sempatkan untuk mandi dan berendam di curug ini, airnya yang dingin dan bening menyegarkan kembali tubuh lelah saya. Selesai mandi di curug Citiis, saya seduh kopi hitam. Sungguh terasa mantap.

Rombongan dari Tasikmalaya pamit pulang duluan, perjalanan mereka masih jauh, kami berpisah di curug Citiis. Saya dan teman-teman pendaki dari Garut belum beranjak dari curug Citiis. Kira-kira pukul 5 sore kami baru turun. Sambil berjalan kami berdiskusi, teman saya mengusulkan untuk menginap semalam lagi di lokasi penambangan pasir lereng gunung Guntur. Kami semua setuju untuk bermalam di sana. Tidak banyak cerita di tempat ini, kami semua kelelahan ngobrol sebentar lalu istirahat sampai pagi. Deru mesin truk pengangkut pasir membangunkan tidur kami, mereka datang silih berganti. Tetapi menurut berita, sekarang aktifitas mereka sudah dilarang karena dianggap merusak lingkungan. Akhir-akhir ini juga banyak diberitakan oleh media lokal maupun nasional yang mengabarkan adanya temuan pembuangan limbah ilegal di kawasan kaki gunung Guntur.

pendakian gunung Guntur
Kaki gunung Guntur Garut
Kira-kira jam 8 pagi itu, kami membongkar tenda dan mengemasi barang-barang. Di tengah perjalanan pulang, kami beruntung karena ada truk pasir yang bersedia membawa kami hingga kampung Tanjung. Dari situ kami berpencar untuk kembali ke rumah masing-masing. Banyak hikmah dan pelajaan yang bisa saya petik dari pendakian ke gunung Guntur.

Sudah terlalu banyak kata yang saya tuliskan di sini, silahkan giliran anda yang bebagi pengalaman, memberi tanggapan atau berkomentar. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap perjalanan hidup ini. Selamat beraktifitas!

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Tafakur di Gunung Guntur

4 komentar:

  1. GUnung guntur memang mengasyikan, trecknya yang lumayan kejam dan banyak yang melampiaskan capenya di sungai pos 3. Salam lestari gunung guntur

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke wisatakagarut.blogspot.com. Blog ini mengulas informasi lengkap dan akurat seputar tempat wisata di Kabupaten Garut. Silahkan tinggalkan komentar atau pertanyaan Anda sesuai dengan topik artikel di atas. Mohon tidak meninggalkan spam atau link aktif. Kami tunggu kehadiran Anda di Kabupaten Garut.